Rabu, 15 Januari 2014


BAB 1
ARTHRITIS REUMATOID
A.    Pengertian
            Arthritis reumatoid adalah penyakit inflamasi kronis dan sistemik yang simetris, yang terutama menyerang sendi perifer dan otot, tendon, ligament, dan pembuluh darah di sekitarnya.
B.     Etiologi
1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2.  Endokrin
3.  Autoimmun
4.  Metabolik
5.  Faktor genetik serta pemicu lingkungan
C. Gejala
      Penderita RA selalu menunjukkan simtoma ritme sirkadia dari sistem kekebalan neuroindokrin.
      RA umumnya ditandai dengan adanya beberapa gejala yang berlangsung selama minimal 6 minggu, yaitu :
      1. Kekakuan pada dan sekitar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit di pagi hari
      2. Bengkak pada 3 atau lebih sendi pada saat yang bersamaan
      3. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi pada sendi-sendi tangan
      4. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri pada sendi yang sama di kedua sisi tubuh) dan umumnya menyerang sendi pergelangan tangan
      Pada tahap yang lebih lanjut, RA dapat dikarakterisasi juga dengan adanya nodul-nodul rheumatoid, konsentrasi rheumatoid factor (RF) yang abnormal dan perubahan radiografi yang meliputi erosi tulang.
C.     Pemeriksaan Diagnostik
1.    Sinar-X, menunjukkan demineralisasi tulang dan pembengkakan jaringan tulang  pada tahap awal. Kemudian, pemeriksaan ini membantu menetapkan luasnya kerusakan kartilago dan tulang, erosi, subluksasi, serta deformitas.
2.    Uji faktor reumatoid positif, pada 75 %-80 % pasien seperti yang ditunjukkan dari titer 1:160 atau lebih tinggi.
3.    Analisis cairan sonovial menunjukkan peningkatan volume dan kekeruhan (turbiditas), tetapi penurunan viskositas kadar komplemen (C3 dan C4). Hitung sell dara putih sering melebihi 10.00/µl.
4.    Elektroforesis protein serum, menunjukkan peningkatan kadar globulin serum.
5.    Laju endapan eritrosit (ESR), meningkat pada 85%-90% pasien. Karena peningkatan ESR $$sering paralel dengan aktivitas penyakit, pemeriksaan ini dapat membantu memantau respons pasien terhadap terapi.
6.    Hitung darah lengkap, biasanya menunjukkan anemia sedang dan leukosit ringan.
(Stockslager dan Schaeffer, 2008).


E.Komplikasi
      Deformitas sendi (boutonnierre, swan neck, deviasi ulnar)
      Sindrom terowongan karpal
F. Penatalaksanaan
1.    Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin kesehatan pasien untuk tetap berobat dalam jangka waktu yang lama.
2.    OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai. OAINS yang dapat diberikan:
a.       Aspirin
Pasien dibawah 65 tahun dapat dimulai dengan dosis 3-4 x 1g/hari, kemudian dinaikkan 0,3 – 0,6 g per minggu sampai terjadi perbaikan gejala toksik. Dosis terapi 20 – 30 mg/dl.
b.      Ibuprofen, naproksen, piroksisam, diklofenak, dan sebagainya.
3.    DMARD digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat artritis reumatoid. Jenis-jenis yang digunakan:
a.       Klorokuin, dosis klorokuin fosfat 250 mg/hari atau hidroksiklorokuin 400 mg/hari. Efek samping berupa penurunan ketajaman penglihatan, dermatitis makulopapular, nausea, diare, dan anemia hemolitik.
b.      Sulfasalazin, dosis 1 x 500 mg/hari, ditingkatkan 500 mg per minggu smapai mencapai dosis 4 x 500 mg. Setelah remisi tercapai, dosis dapat diturunkan hingga 1 g/hari untuk dipakai dalam jangka waktu panjang sampai tercapai remisi sempurna. Efek sampingnya nausea, muntah, dan dispepsia.
c.       D-penisilamin, dosis 250-300 mg/hari, kemudia ditingkatkan setiap 2-4 minggu sebesar 250-300 mg/hari untuk mencapai dosis total 4 x 250-300 mg/hari. Efek samping antara lain ruam kulit urtikaria/mobiliformis, stomatitis, dan pemfingus.
d.      Garam emas adalah gold standard bagi DMARD. Khasiatnya tidak diragukan lagi meksi sering timbul efek samping. Auro sodium tiomalat (AST) diberikan intramuskular, dimulai dengan dosis percobaan pertama sebesar 10 mg, seminggu kemudian disusul dosis kedua sebesar 20 mg. Seminggu kemudian diberikan dosis penuh sebesar 50 mg/minggu selama 20 minggu. Efek samping berupa pruritus, stomatitis, proteinuria, trombositopenia, dan apalsia sumsum tulang.
e.       Obat imunosupresif/imunoregulator (Metotrkesat) dosis dimulai 5-7,5 mg/minggu.
f.       Kortikosteroid (Prednison) dosis 5-7,5 mg 1x/hari), hanya dapat dipakai untuk pengobatan artritis reumatoid dengan komplikasi berat dan mengancam jiwa, seperti vaskulitis, karena obat ini memiliki efek samping yang sangat berat.
4.    Rehabilitasi, bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Caranya antara lain dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat, latihan, pemanasan, dan sebagainya.
5.    Pembedahan, jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta terdapat alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pembedahan yang bersifat ortopedik, misalnya sinovektomi, artrodesis, dan lain-lain.
(Mansjoer, 2000).
BAB II
OSTEOARTRITIS
A.    Pengertian
            Osteoartritis merupakan penyakit degeneratif yang mengenai rawan sendi. Penyakit ini ditandai oleh kehilangan rawan sendi progresif dan tebentuknya tulang baru pada tebekula subkondral dan tepi tulang (osteofit).
B.     Diagnosis
Osteoartritis sendi tangan
Nyeri tangan atau kaku
Tiga dari 4 kriteria berikut :
a.       pembesaran jaringan keras dari 2 atau lebih dari 10 sendi tulang tangan tertentu (DIP II dan III ki&ka, CMC I ki &ka)
b.      perbesaran jaringan keras dari 2 atau lebih sendi DIP
c.       pembengkakan pada < 3 sendi MCP
d.      deformitas pada minimal 1 dari 1o sendi tangan tertentu.
Osteoartritis sendi pinggul
Nyeri pinggul dan
minimal 2dari  3 keriteria dibawah ini :
e.       LED < 20 mm/jam
f.       Radiologi, terdapat osteofit pada femur atau asetabulum
Radiologi; terdapat penyempitan celah sendi (superior, axial, dan / atau medial)
C.    Faktor Resiko Terjadinya Osteoartritis
·         Wanita berusia lebih dari 45 tahun
·         Kelebihan berat badan
·         Aktivitas fisik yang berlebihan, seperti para olahragawan dan pekerja kasar
·         Menderita kelemahan otot paha
·         Pernah mengalami patah tulang disekitar sendi yang tidak mendapatkan perawatan yang tepat
D.    Pemeriksaan Penunjang
·         LED, pada OA inflamatif, LED akan meningkat
·         Analisis cairan sendi
·         Radiografi sendi yang terserang
·         Artroskopi
E.     Komplikasi
Deformitas sendi
F.     Penatalaksanaan
Rasa nyeri yang diderita oleh penderita penyakit ini dapat dikurangi dengan berbagai macam cara seperti pengompresan atau penyuntikan cairan sinovial ke bagian sendi.Pengobatan untuk pengapuran sendi berbeda beda tergantung stadiumnya.
q  Osteoartritis derajat ringan (stadium 1 dan 2)
v  terapi non obat terdiri atas:
Ø  menurunkan berat badan bagi yang kelebihan berat badan
Ø  latihan menguatkan otot paha dan pinggul untuk menjaga kebugaran tubuh
Ø  memakai knee brance selama diperlukan
v  terapi obat terdiri atas: 
Ø  obat antiradang dan nyeri
Ø  suplemen untuk menumbuhkan tulang rawan
Ø  obat pelumas sendi yang disuntikkan ke sendi
q  Osteoartritis derajat berat (stadium 3 dan 4)
adalah operasi penggantian sendiOperasi penggantian sendi adalah operasi yang dilakukan untuk mengganti sendi yang dilakukan untuk mengganti sendi yang telah rusak dengan prostesis.
G.    Pencegahan
Pencegahan osteoartritis dapat dilakukan dengan cara mengonsumsi makanan yang bergizi.Beberapa suplemen makanan juga dapat digunakan untuk mencegah penyakit ini. Beberapa suplemen yang umum digunakan antara lain adalah glukosamin dan kondroitin.



ANTI LEPRA
1.      TEORI
Lepra atau kusta adalah suatu penyakit infeksi kronis yang merusak terutama jarinngan saraf dan kulit yang disebabkan olah Mycobacterium Leprae
Mycobakterium Leprae ditemukan oleh dokter Norwegia Hansen, maka lepra disebut juga penyakit Hansen. Basil Lepra sangat ulat karena mengandung lilin yang sukar di tembus obat, tahan asam dan pertumbuhannya juga lambat sekali.
2.      SIKLUS HIDUP LEPRA
Penyakit kusta atau lepra adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang sebelumnya, diketahui hanya disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, hingga ditemukan bakteri Mycobacterium lepromatosis oleh Universitas Texas pada tahun 2008, yang menyebabkan endemik sejenis kusta di Meksiko dan Karibia, yang dikenal lebih khusus dengan sebutan diffuse lepromatous leprosy.] Sedangkan bakteri Mycobacterium leprae ditemukan oleh seorang ilmuwan Norwegia bernama Gerhard Henrik Armauer Hansen pada tahun 1873 sebagai patogen yang menyebabkan penyakit yang telah lama dikenal sebagai lepra. Saat ini penyakit lepra lebih disebut sebagai penyakit Hansen, bukan hanya untuk menghargai jerih payah penemunya, melainkan juga karena kata leprosy dan leper mempunyai konotasi yang begitu negatif, sehingga penamaan yang netral lebih diterapkan untuk mengurangi stigma sosial yang tak seharusnya diderita oleh pasien kusta.
Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas; dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar.[5] Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata. Tidak seperti mitos yang beredar di masyarakat, kusta tidak menyebabkan pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah, seperti pada penyakit tzaraath.

 MACAM-MACAM JENIS PENYAKIT LAPRA
berdasarkan gejala klinis yang terjadi pada penderita penyakit kusta dapat dilihat bahwajenis-jenis penyakit kusta itu sangat beragam, berdasarkan pada haal ini maka Penyakit Kusta digolongkan menjadi 3, yaitu:
  • Penyakit Kusta tuberkuloid (paucibacillary)ditandai dengan satu atau lebih hipopigmentasi pada kulit dan bagian beberapa bagian yang mengalami mati rasa (anestetik).
  • Penyakit Kusta Lepromatosa (penyakit Hansen multibasiler)ditandai dengan adanya lesi, nodul, plak kulit yang simetris, dermis kulit yang menipis, dan perkembangan pada mukosa hidung yang menyebabkan penyumbatan hidung (congesti nasal) danepistaksis (hidung berdarah)serta kerusakan syaraf. Namun pendeteksian terhadap kerusakan saraf sering kali terlambat.

  • Penyakit Kusta multibasiler (borderline leprosy) adalah tipe yang sering ditemukan. Terdapat lesi kulit yang menyerupai kusta tuberkuloid namun jumlahnya lebih banyak dan tak beraturan; bagian yang besar dapat mengganggu gerakan tungkai, dan gangguan saraf tepi dengan kelemahan dan kehilangan rasa rangsang. Tipe ini tidak stabil dan dapat menjadi seperti kusta lepromatosa atau kusta tuberkuloid.
3.      CARA PENULARAN PENYAKIT LAPRA
Melalui kontak dengan air, tanah atau tannaman yang telah dikotori oleh air seni hewan penderita leptospirosis. Bakteri masuk melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet.masa inkubasi selama 4-19 hari
Penularan pada umumnya terjadi dalam bentuk Lepra Leptomatrus, pada usia kanak-kanak melalui infeksi tetes disaluran pernafasan (batuk, bersin, ingus) dan terutama melalui kontak yang erat dan lama.
4.      PENGOBATAN/PENCEGAHAN
ü  Pengobatan yang efektif terhadap penyakit kusta baru ditemukan pada akir 1940-an dengan diperkenalkannya dapson dan derivatnya. Namun obat-obatan ini dapat menyebabkan bakteri penyebab lepra secara bertahap menjadi kebal terhadap dapson dan menjadi kian menyebar. Baru pada tahun 80 an ditemukan ditemukan suatu cara pengobatan Multi obat untuk menaklukan penyakit kusta. Pengobatan Multiobat ini terdiri dari 3 jenis obat yaitu clofazimin, Rifampisin dan Dapson yang digunakan sebagai obat tunggal untuk mencegah kekebalan atau resistensi bakteri Mycobacterium leprae. Pengobatan multiobat ini tergolong mahal sehingga WHO (World Health Organizationmencari jalan pengobatan alternatif penyakit lepra misalnya dengan kemoterapi kusta, namun juga tidak berjalan baik hingga harus kembali menggunakan pengobatan multiobat.
Sejak 1995, WHO memberikan paket obat terapi kusta secara gratis pada negara endemik, melalui Kementrian Kesehatan. Strategi ini bejalan hingga akhir 2010 dengan menggunakan Pengobatan multiobat yang terbukti efektif dan pasien tidak lagi terinfeksi pada pemakaian bulan pertama.Cara ini aman dan mudah serta ada keterangan jangka waktu pemakaian yang tercantum pada kemasan obat

ü  Pencegahan penyakit kusta dapat dilakukan secara teknis yaitu dengan menghindari atau menjauhi kontak langsung ataupun tidak langsung dengan penderita penyakit lepra atau secara medis, pencegahan penyakit kusta dapat dilakukan dengan pemberian vaksin BCG (Bacille Calmette Guĕrin) yang telah terbukti efektif untuk mencegah lepra hingga 80%. Selain itu pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan penggunaan pengobatan gabungan untuk menghilangkan mikrobakterium lepra sehingga dunia bebas lepra pada tahun 2000.






5.      GAMBAR
  lepra 1.jpg  images.jpg



HIBISCUS SABDARIFFA (BUNGA ROSELLA)
Rosella (Hibiscus sabdariffa L) adalah tanaman dari keluarga sejenis kembang sepatu.
KLASIFIKASI TANAMAN
Nama Simplisia                       : Hibiscus cannabihus flos
Tanaman Asal                         : Hibiscus sabdarifa L
Divisi                                      : Magnoliphyta
Sub Divisi                               : Spermatophyta
Kelas                                      : Magnoliopsida
Ordo                                       : Malvales
Famili                                      : Malvaceae
Genus                                      : Hibiscus
Spesies                                    : Hibiscus sabdarifa L
Kandungan                               : Kalori, lemak jenuh, protein, Vit C dan kalsium
Khasiat                                     :Menurunkan tekanan darah, membantu melaancarkan peredaran
Makroskopis                            : Bunga panjang sekitar 25 cm sampai 3 cm berwarna merah bentukpanjang sedikit lonjong menguncup sama lainnya semakin dalam semakin kecil
Mikroskopis                            : Tampak epidermis daun mahkota berbentuk bulat terdapat bekas pembuluh dengan penebalan tangan dan spiral berbentuk stomata tipe aktihositik
Habitus            : tanaman ini berasal Afrika dan Timur Tengah
Batang             : Tanaman perdu ini bisa mencapai 3-5 meter  tingginya.
Bunga              : tanaman ini akan mengeluarkan bunga berwarna merah.Menurut penelitian Ballitas Malang, bunga Rosella terutama dari tanaman yang berkelopak bunga tebal (juicy),.Kelopak bunga Rosella dapat diambil sebagai bahan minuman segar berupa syrup dan teh, selai dan terutama dari tanaman yang berkelopak bunga tebal, yaitu Rosella, Kelopak bunga tersebut mengandung vitamin C, vitamin A dan Asam Amino yang diperlukan oleh tubuh, 18 diantaranya terdapat dalam kelopak bunga Rosella, termasuk raginin dan legnin yang berperan  dalam proses peremajaan sel tubuh.